Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara, Nilai, Peran, visi Guru Penggerak dan Budaya Positif

Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

Seorang guru mempunyai peran yang sangat sentral dalam membentuk, menumbuh dan mengembangkan potensi murid berdasarkan kodrat alami yang dibawa semenjak lahir. Menurut Ki Hadjar Dewantara, seorang guru mempunyai peran sebagai among (pamomong) terhadap murid. Dengan peran ini, guru diberikan kewajiban untuk membentuk karakter murid, yang sesuai dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara adalah olah hati (etika), olah pikir (literasi), olah karsa (estetika), dan olah raga (kinestetik). Dalam menjalankan aktifitasnya, guru akan sesuai dengan filosofi pendidikan Ki hadjar Dewantara yaitu Ing Ngarso sung Tulodho, ing Madya mangun karsa dan Tut Wuri Handayani.

Nilai dan Peran Guru Penggerak 
Nilai guru penggerak terdiri dari 5 hal, yaitu:
1. guru mandiri, 
2. reflektif, 
3. kolaboratif, 
4. inovatif, dan 
5. berpihak pada murid.
Kelima peran ini akan membangkitkan guru, akan selalu berubah sesuai dengan perkembangan jaman. Dengan demikian setiap guru akan menjadi pribadi yang selalu bergerak dari adanya kekurangan menjadikan pribadi yang mempunyai kelebihan dalam menjalankan tugas dan pokok fungsinya. Sedangkan peran guru penggerak meliputi:
1. memimpin pembelajaran, 
2. menggerakkan komunitas praktisi, 
3. menjadi coach bagi guru lain, 
4. mendorong kolaborasi antar guru dan 
5. mewujudkan kepemimpinan murid.
Peran guru penggeraka akan terejawantahkan dalam setiap aktifitas sehari-hari di lingkungan sekolah maupun kelas artinya bagaimana guru berperan terhadap rekan sejawat dan dikalangan murid.

Visi Guru Penggerak
Seorang guru penggerak mempunyai visi dalam menjalankan profesinya. Visi guru penggerak adalah mewujudkan murid mempunyai kemampuan sebagai profil pelajar Pancasila. Profil pelajar pancasila meliputi: 
1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia; 
2) Mandiri; 
3) Bergotong-royong; 
4) Berkebinekaan global; 
5 Bernalar kritis; 
6) Kreatif.
Keenam profil pelajar Pancasila ini akan membangkitkan murid terbentuk karakter yang akan menjadikan pribadi ideal dalam bermasyarakat.

Budaya Positif
Pembentukan budaya positif yang dilakukan oleh guru dengan melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak akan mewujudkan disiplin positif baik dikalangan guru maupun murid. Budaya positif meliputi:
1. Lima posisi kontrol seorang guru yang meliputi posisi guru sebagai penghukum, guru sebagai pembuat rasa bersalah, guru sebagai teman, guru sebagai pemantau dan guru sebagai manajer. Posisi ini akan digunakan dalam mengatasi permasalahan yang dilakukan murid.
2. Tiga motivasi perilaku yang meliputi; menghindari ketidaknyamanan/hukuman, motivasi mendapatkan hadiah/penghargaan dan motivasi menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang dipunyai.
3. Keyakinan kelas, dengan membentuk dan mewujudkan keyakinan kelas ini akan membawa murid mempunyai pedoman dalam berperilaku. Keyakinan kelas ini sudah disepakati antar anggota kelas yaitu, guru, wali kelas dan antar murid sendiri.
4. Adanya lima kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan cinta kasih, kebutuhan penguasaan, kebutuhan kebebasan, kebutuhan kesenangan dan kebutuhan bertahan hidup. Adanya kebutuhan dasar ini yang menjadikan murid untuk memenuhi sehingga terkadang untuk dapat memenuhi kebutuhan ini menjadikan murid yang bermasalah yang berdampak pada diri maupun lingkungannya.
5. Segitiga Restitusi, yang meliputi unsur; menstabilkan identitas, memvalidasi tindakan salah dan menanyakan keyakinan. Ketiga unsur pokok ini adalah satu sarana dan modal seorang guru untuk menyelesaikan berbagai kasus yang sesuai dengan keinginan murid sehingga murid akan menyadari permasalahan sehingga akan mempunyai kesadaran untuk bertindak sesuai dengan norma, aturan dan keyakinan diri maupun keyakinan kelas.





Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Quran tentang Pembentukan Awan dan Hujan

Koneksi Antar materi Pengambilan Keputusan